Friday, October 4, 2013

We Felt Same!:')

Aku mengerti rasa kehilangan yang kalian rasakan tak sebanding dengan yang aku rasa. Aku mengerti kesedihan yang kalian alami tak sebanding dengan kesedihan yang aku alami. Aku mengerti. Hanya saja aku tidak benar – benar mengerti, karena bukan aku yang mengalaminya. Tapi sadarkah kalian, aku disini juga orang yang ditinggalkan. Aku disini juga orang yang kehilangan. Dan bagaimanapun aku juga orang yang punya kenangan special akan dirinya, punya kenangan tersendiri bersamanya. Kenangan yang cukup aku, dia, dan Allah yang tahu. Haruskah kalian lakukan ini semua terhadapku? Aku juga rapuh, aku juga terpuruk, bahkan aku juga sama tak berdayanya disaat aku tahu dia sudah pergi dan tak pernah kembali lagi. Kalian beruntung, setidaknya dia tidak pernah meninggalkan kalian semasa dia hidup dan menghabiskan waktu bersama kalian. Sedangkan aku? Dia bahkan meninggalkanku dua kali, DUA kali! Dan kalian masih sanggup melakukan ini semua terhadapku? Bahkan aku terlihat terlalu hina dimata kalian. Sesalah itukah tindakanku?
Kalian, tidak seharusnya kalian bersikap bahwa kalianlah orang yang paling berhak merasa terlalu kehilangan. Tidak seharusnya kalian bersikap seolah kalianlah orang yang paling mengenalnya. Kalian lupa dia punya keluarga, bahkan dia punya orangtua yang hidup lebih lama bersamanya? Tidakkah kalian fikirkan bagaimana perasaan mereka? Sampai kalian sanggup menganggap bahwa kalianlah yang amat sangat kehilangannya. Lalu, bagaimana denganku? Apa aku tidak berhak memiliki rasa kehilangan yang seperti ini? Kalian mungkin memandangku memang hanya sebatas “teman” baginya, tapi bagiku, dia lebih dari seorang teman, bahkan lebih dari seorang pacar! Mungkin alas an ini cukup untukku memiliki perasaan kehilangan yang seperti ini. Bukan begitu? 
"Kehilangan itu adalah bagaimana arti “sesuatu” atau “seseorang” itu bagi kita, bukan bagaimana arti kita baginya" 
Ya, begitulah kira – kira. Jadi ku mohon, berhentilah membuatku seolah tak berhak atas kehilangan ini.
Aku tahu, waktu yang kalian habiskan bersama, cerita yang kalian lalui bersama, tak bisa dibandingkan dengan waktu yang aku dan dia lewati dulu. Aku memang hanya mengenalnya sebentar, tapi cukup untuk tahu bahwa dia adalah lelaki yang baik. Ya, kalian juga tahu itu. Bahkan aku yakin kalian mengenalnya lebih dari itu. Tapi, satu hal yang kalian lupa. Perasaan. Tak ada satu orangpun yang tahu perasaan orang lain. 
"Bagaimanapun kata – kata yang keluar dari mulut, kita tak pernah tahu apa yang ada di dalam hati"
Jangankan orang lain, kita sendiripun terkadang tak mengerti apa yang kita rasakan. Hanya Sang Pemilik hati lah yang tahu dengan pasti. Jadi ku mohon, berhentilah seolah kalian itu Allah yang tahu benar perasaannya.
Sekarang, cobalah untuk bangkit dan sadar. Ikhlas. Ikhlaskan dia. Seharusnya kita bahagia. Dia sudah kembali ke rumah, kembali kepada Sang Pencipta. Tak ada lagi hal yang perlu ia takutkan di sana. Allah sudah menjaganya dengan baik. Dan berhentilah menyesal. Karena hidup dengan penuh penyesalan hanya akan membuat hidupmu benar – benar tak berarti.
Berjanjilah padanya untuk terus hidup bahagia dan sukses walau tanpa dia. Aku yakin, itulah yang sebenarnya ia inginkan. Itulah bukti bahwa kita benar – benar menyayanginya. Aku yakin kita semua BISA:')

No comments:

Post a Comment