Aku
mengerti rasa kehilangan yang kalian rasakan tak sebanding dengan yang aku
rasa. Aku mengerti kesedihan yang kalian alami tak sebanding dengan kesedihan
yang aku alami. Aku mengerti. Hanya saja aku tidak benar – benar mengerti,
karena bukan aku yang mengalaminya. Tapi sadarkah kalian, aku disini juga orang
yang ditinggalkan. Aku disini juga orang yang kehilangan. Dan bagaimanapun aku
juga orang yang punya kenangan special akan dirinya, punya kenangan tersendiri
bersamanya. Kenangan yang cukup aku, dia, dan Allah yang tahu. Haruskah kalian
lakukan ini semua terhadapku? Aku juga rapuh, aku juga terpuruk, bahkan aku
juga sama tak berdayanya disaat aku tahu dia sudah pergi dan tak pernah kembali
lagi. Kalian beruntung, setidaknya dia tidak pernah meninggalkan kalian semasa
dia hidup dan menghabiskan waktu bersama kalian. Sedangkan aku? Dia bahkan
meninggalkanku dua kali, DUA kali! Dan kalian masih sanggup melakukan ini semua
terhadapku? Bahkan aku terlihat terlalu hina dimata kalian. Sesalah itukah
tindakanku?
Kalian,
tidak seharusnya kalian bersikap bahwa kalianlah orang yang paling berhak
merasa terlalu kehilangan. Tidak seharusnya kalian bersikap seolah kalianlah
orang yang paling mengenalnya. Kalian lupa dia punya keluarga, bahkan dia punya
orangtua yang hidup lebih lama bersamanya? Tidakkah kalian fikirkan bagaimana
perasaan mereka? Sampai kalian sanggup menganggap bahwa kalianlah yang amat
sangat kehilangannya. Lalu, bagaimana denganku? Apa aku tidak berhak memiliki
rasa kehilangan yang seperti ini? Kalian mungkin memandangku memang hanya
sebatas “teman” baginya, tapi bagiku, dia lebih dari seorang teman, bahkan
lebih dari seorang pacar! Mungkin alas an ini cukup untukku memiliki perasaan
kehilangan yang seperti ini. Bukan begitu?
"Kehilangan
itu adalah bagaimana arti “sesuatu” atau “seseorang” itu bagi kita, bukan
bagaimana arti kita baginya"
Ya, begitulah kira – kira. Jadi ku mohon,
berhentilah membuatku seolah tak berhak atas kehilangan ini.
Aku
tahu, waktu yang kalian habiskan bersama, cerita yang kalian lalui bersama, tak
bisa dibandingkan dengan waktu yang aku dan dia lewati dulu. Aku memang hanya
mengenalnya sebentar, tapi cukup untuk tahu bahwa dia adalah lelaki yang baik.
Ya, kalian juga tahu itu. Bahkan aku yakin kalian mengenalnya lebih dari itu.
Tapi, satu hal yang kalian lupa. Perasaan. Tak ada satu orangpun yang tahu
perasaan orang lain.
"Bagaimanapun kata –
kata yang keluar dari mulut, kita tak pernah tahu apa yang ada di dalam hati"
Jangankan orang lain, kita sendiripun terkadang tak mengerti apa yang kita
rasakan. Hanya Sang Pemilik hati lah yang tahu dengan pasti. Jadi ku mohon,
berhentilah seolah kalian itu Allah yang tahu benar perasaannya.
Sekarang,
cobalah untuk bangkit dan sadar. Ikhlas. Ikhlaskan dia. Seharusnya kita
bahagia. Dia sudah kembali ke rumah, kembali kepada Sang Pencipta. Tak ada lagi
hal yang perlu ia takutkan di sana. Allah sudah menjaganya dengan baik. Dan
berhentilah menyesal. Karena hidup dengan penuh penyesalan hanya akan membuat
hidupmu benar – benar tak berarti.
Berjanjilah
padanya untuk terus hidup bahagia dan sukses walau tanpa dia. Aku yakin, itulah
yang sebenarnya ia inginkan. Itulah bukti bahwa kita benar – benar
menyayanginya. Aku yakin kita semua BISA:')
No comments:
Post a Comment