Wednesday, October 2, 2013

Welcome "Home", dear:')

Sept, 29th 2013
06.00 am

Innalillahiwainnailaihiraji’uun. Akhirnya kata itulah yang aku ucapkan setelah berharap dan berdoa semalaman suntuk agar pada akhirnya aku dapat mengucapkan Alhamdulillah. Tapi kenyataan menuntut lain. Pagi itu, walaupun kemungkinannya hanya tinggal 1%, aku tetap berdoa kepada-Nya agar bisa menjadikan yang 1% itu kenyataan. Jujur, aku masih belum siap untuk “benar-benar” kau tinggalkan. Tapi ternyata, Allah menyayangimu lebih dari aku yang begitu menyayangimu selama ini. Allah dan kaupun tahu, aku sudah kuat untuk berdiri sendiri tanpamu, makanya Allah menjemputmu kembali. Iya, kan? Tapi sayang, ternyata aku masih belum sekuat yang kau fikirkan.

Sewaktu pertama kali kau meninggalkanku, aku masih memiliki harapan untuk dapat bertemu denganmu walau hanya melihat punggungmu, atau setidaknya aku masih bisa menghubungimu. Tapi sekarang? Apa yang bisa aku lakukan? Jangankan punggung, bahkan bayanganmu saja tak lagi ada! Dan satu harapan terakhir, mimpi. Ya, hanya mimpi. Walaupun aku tahu mimpi itu hanya sebuah bunga tidur, walaupun aku tahu mimpi itu hanyalah sebuah keinginan kita yang sulit terwujud, walaupun aku tahu bukan “benar-benar” kau yang hadir dalam mimpiku, datanglah. Datanglah ke dalam mimpiku disaat aku benar-benar merindukanmu. Karena hanya itu harapan terakhir.
Tak hentinya aku mengucap terimakasih kepada Allah dan juga kepadamu. Terimakasih kau tak membuatku sakit lebih dari yang aku rasakan waktu itu. Terimakasih kau telah memberikan warna dihidupku. Terimakasih kau telah menyayangiku. Terimakasih telah menjadikanku seseorang yang kau rindu, dan juga alasan perubahan dirimu. Dan terimakasih, bahkan disaat kau akan “pulang”pun, kau tak membuatku kehilangan lebih dari yang aku rasakan saat ini. Apapun yang dsampaikan oleh teman-temanmu, aku tak peduli. Biarlah hanya aku, kau, dan Allah yang tahu apa yang telah kita lewati selama lebih kurang 2 bulan itu. Walaupun kau terus berusaha untuk menyangkalnya di depan teman-temanmu. Tak apa. Mengingat kau pernah mengatakan sayang dan rindu padaku saja sudah cukup.
Selamat jalan, uda kesayangan. Selamat menempuh jalan menuju “kehidupan” yang sebenarnya. Selamat menikmati tidur yang begitu panjang. Kenapa aku malah memberi selamat? Ya, karna kau begitu beruntung. Diusiamu yang masih muda, Allah sudah menyuruhmu pulang. Itu tandanya kau tak perlu khawatir lagi akan dunia yang begitu kejam ini, dunia yang dapat menambah catatan Malaikat Atid. Aku begitu iri padamu.

Istirahatlah dengan tenang, uda kesayangan. Kau memang bukan pacar, tapi kau lebih dari seorang pacar buatku. Jika di dunia ini kau tak bisa menjadi imamku, semoga nanti di surga aku bisa menjadi bidadarimu. Tunggu aku di sana:')

No comments:

Post a Comment